PART 1
“dia ganteng sekali” mungkin sudah ratusan kali kalimat itu
terucap dari mulutku. Jangan bilang aku bosan! Karena aku tak akan sampai pada
titik itu! Wajah tampan (yang amat sangat tampan) sudah berhasil menyita seluruh
perhatianku. Siapa sangka di siang bolong yang berbau ujian tengah semester ini
berhasil membuatku betah berlama lama di kantin? Dengan alasan 100% bohong untuk
belajar karena kerjaanku hanya duduk termangu sok manis. Tapi jodoh memang tak
kemana sang pujaan hati eeh malah mampir ke kantin. Beruntungnya aku!
“dia hanya sok keren” yaya berkomentar sinis. Perhatiannya
masih tertuju pada hpnya. Aku hanya nyengir, aku tau ia tak sepenuhnya mengejek
conor. Cowok yang tepat berdiri di belakang meja tempat kami –aku dan teman
temanku— duduk. Dan menjadi objek pelototanku dari tadi.
“benar! Dia hanya kebetulan putih, berwajah agak tirus,
hidung mancung dan postur badannya tinggi itu saja” ayu ikut menimpali membuat
cengiranku makin lebar meskipun tak sesinis cara yaya berbicara aku malah
bingung apa yang tadi itu hinaan atau justru pujian? :D
“tapi dia memang yang paling tampan diantara semua teman
temannya” aha! Aku ingin memeluk gifa saat itu juga! Ia tau betul saat aku
butuh pembelaan. Aku melihat gifa melirik conor lalu tersenyum kecil dan
mencurigakan. Oh oh, ada apa ini? motivasi untuk memeluk gifa hilanglah sudah.
Jangan bilang ia mau merebut pangeranku!
“tapi sayangnya keningnya lebar…” tambahnya dengan senyum
miring. Motivasi memeluk gifa yang hilang berganti dengan keinginan untuk
menendangnya ke kutub utara! Iya sih dahi conor lebih lebar dari teman temannya
aku menerima fakta itu tapi itu bukan
suatu kalimat yang patut diucapkan tanpa perasaan! Ternyata ini yang
disenyumkannya. Ia ikut ikutan mengejek conor T____T
“iya ya” meskipun pelan aku tau nanad mengatakan itu. Aku
lemas, bingung bagaimana cara melawan pengeroyokan macam ini.
Aku hendak menangis, tapi itu tampak bodoh sekali akhirnya
aku berucap “kalau tampan bilang saja tampan”
Mendadak semua temanku bersikap sok sibuk. Yaya mendadak
batuk batuk, ayu celingak celinguk dengan panic ke segala penjuru kantin, nanad
tampak sangat tertarik dengan piring nasi gorengnya –yang padahal sudah kosong
sejak tadi— dan yang paling abnormal gifa malah membungkuk ke bawah meja aku
bertanya tanya apa ia sedang berharap ada koin 500 rupiah yang tercecer?
Entahlah, nanti aku tanya.
Yang jelas, apapun yang dikatakan temanku ia tetap tak akan
pernah menjadi pangeran buruk rupa.
Conor and the gang
mulai beranjak dari kantin setelah bunyi bel sekolah berdentang. Oh benar itu
saatnya ia ujian. Sebagai anak kelas x memang jadwal ujiannya masuk siang.
Sementara aku yang ada di satu tingkat diatasnya telah terlebih dahulu
menghadapi soal soal yang menguras keringat di pagi hari tadi.
Aku memantaunya sampai sosoknya benar benar menghilang
ditelan bumi. *eh?
“hati hati sayang! Cemungut buat ujiannya!” aku bergumam
pada lapangan kosong dan setengah melambai.
Teman temanku tertawa dan tambah mengeraskan tawanya saat
yaya –si ratu komentar— berkata “dasar gila!”
Seperti biasa aku hanya nyengir. Tidak merasa terhina, toh
yang punya rasa kagum kan aku? Kenapa harus malu?
Malu adalah ketika kamu memperlakukan dirimu dengan idiot di
depan orang tampan. Kalau dibelakangnya rasanya tak masalah bukan?
Gifa menambahkan “tu lah, tiba di depannya malah sok jaim”
“itu namanya jaga image!” aku akhirnya membela diri setelah
dari tadi (terus menerus) di-bully.
Nanad memandangku bingung “jaga image?”
Aku menganggguk dua kali “aku tak akan bersikap centil dan
sok mengenalnya statusnya masih juniorku. Kagum sih boleh, tapi sorry la yaw. Ladies first tidak berlaku disini”
Teman temanku hanya cekikikan lalu meneruskan kegiatan
mereka membahas soal fisika. Ah, masalah hukum newton, gravitasi, kinematik,
vector analisis, maaf aku sedang tidak tertarik bersama kalian. Bukannya
sombong atau sudah mengerti aku benar benar sedang tidak mood belajar. Mungkin
nanti di rumah aku akan pelajari kalian semua oke?
Dan lagi aku hanya duduk termangu. Kantin memang tidak ramai
jadi tak banyak objek pengganti conor yang bisa aku pelototi. Aku menghela
nafas, bosan sekaligus merasa aneh.
Mungkinkah ini rasanya berlari dari masalah? Maksudku.. oh
aku sudah lelah memikirkan ini. tapi jika tidak dipirkan juga tidak bisa.
Sudah 3 minggu 2 hari kami miss communication. Kami?
Aku dan (mantan )pacarku. Rasanya wajar memang setelah putus kondisi macam ini
tercipta malahan ada yang sampai bertahunan gak sapaan. Tapi untuk kasus ini
aku gak bisa lari terus! Aku bukan
pembuat situasi ini dia juga mungkin tak sepenuhnya menjadi pelaku pemutus
komunikasi ini. tapi mungkinkah situasi yang menghendaki hal semacam ini
terjadi? Dan kenapa aku masih peduli? Walaupun aku yakin ia sudah melupakanku
jauh jauh hari? Ataukah ada faktor orang lain yang mempengaruhinya? Tapi…
“BAA!”
Aku hampir kehilangan jantungku! Siapa sih? Aku menoleh
sedikit dan mendapati revan (teman sekelasku waktu kelas x dulu, sekaligus
cowok yang sempat bermasalah besar denganku) dan kau tau? Mungkin aku
masih kurang menyukainya sampai detik ini.
“hai van!!” yaya menyapa revan yang tepat disampingku
antusias. aku? Jangankan menyapa meliriknya saja males.
“oh hai, lagi sibuk belajar nih?” cih, basa basi. Aku ingin
sekali pergi dari tempatku saat mendengar suaranya. Dan aku mengutuk diriku
sendiri disaat bersamaan, kenapa aku terlihat sangat membencinya? Ingat kami
hanya punya masalah di masa lalu! Berhentilah berprasangka kelewat buruk lu!!!
“gak juga, biasa bahas bahas soal” jawab gifa. Teman temanku
yang lain mengiyakan dan aku? Tiba tiba diam seribu bahasa.
Dan tampaknya revan menyadari perubahan sikapku itu. Dan aku
tampaknya sangat berat untuk bersikap biasa biasa saja.
“heh lu!!” ia dengan semangat menyapaku. Dan aku… tetap
diam.
Aku bingung sebenarnya aku kenapa! Semenjak aku bermasalah
dengan dia dan itu berkaitan dengan mantan pacarku aku benar benar terlihat
begitu muak padanya. Ingat itu hanya masa lalu!!!
Atau… tidak?
“woy! Sombong banget sih!”
Atau jangan jangan kami putus revan ikut berpengaruh di
dalamnya?
“lu! Kenapa sih?”
Jangan jangan dia yang membuat situasi…
“heh! Kenap—
“pergilah!”
Aku tau aku tidak berteriak tapi yang tadi itu…
Teman temanku terdiam. Aku memang belum pernah terlihat
sedingin itu. Dengan tetap berkutat dengan mejaku aku menunggu responnya.
“kenapa sih? Galau ya?”
Aku sungguh tak butuh pertanyaan ataupun simpatinya. Yang
aku inginkan adalah dia beranjak atau aku akan benar benar marah!. Kalau dalam
3 detik ia tidak pergi juga siap siap saja menerima sumpah serapahku.
1
2
Dia pergi begitu saja saat melihat aku tetap bertahan dengan
wajah masam dan tak bersuara. Tersinggungkah dia? Terserah.
Teman temanku hening. Mungkin merasa aneh dengan sikapku.
Sekali lagi terserah.
“ada apa?” akhirnya ayu berani bertanya. Aku apresiasi itu.
“aku membencinya” jawabku jujur dan tegas.
“kenapa?” kini giliran yaya yang bertanya lembut mungkin
menyadari sikapku yang masih tak bersahabat.
“entahlah, aku hanya dari awal sudah tak menyukainya. Dan
dia datang disaat yang tidak tepat”
Itu benar. Ia datang saat aku sibuk berkutat dengan
pikiranku. Mengacaukan semuanya dan astaga… aku bahkan sudah berspekulasi yang tidak
tidak. Aku sudah bersikap sekasar itu padanya yang aku yakin tak tau apa apa.
Dan aku baru saja tega memasukkannya dalam masalahku lagi? Menunduhnya sebagai……
Oh!! Ada yang bisa menjernihkan pikiranku? Mana sih conor?
Kenapa disaat aku butuh wajahnya ia malah tak muncul!
Dan sekarang aku mengerti apa guna lain dari conor. Pengalih
pikiran.
Dan secara kasar bisa disebut pelarian.
Hayo, ada yang ingin mengatakan aku jahat? Silahkan. Tapi
kau harus tau aku tak merugikan dia di kehidupan nyata. Conor tau aku hanya
kakak kelas biasa. Tanpa tau sedikit lebih dalam tentangku . Tentu saja ia tak
akan tau apa guna wajah gantengnya itu. Dan ia tak akan pernah tau tentang itu.
Aku janjikan itu.
Sudah lewat tengah hari tampaknya. Waktunya pulang, teman
temanku dan aku sendiri mulai berkemas. Meskipun dari tadi aku hanya duduk sok
manis aku tak akan melupakan janjiku untuk belajar keras di rumah nanti.
Tapi tetap aku masih mengharapkan conor datang. Adik kelas
tampan itu pesonanya ternyata susah sekali hilang. Atau aku memang sudah gila?
Seketika bayangan conor berkelebat di benakku “ah~~ dia
ganteng sekali”
“lagi lagi conor?” tanya gifa agak meremehkan.
Aku tersenyum lebar lalu memperhatikan bagian belakang gedung utama sekolahku. Aku bertanya tanya
dimana lokal ujiannya. Dan kemudian ide konyol melintas di otakku.
“aku akan berteriak dan memanggil namanya di depan sana!”
Gifa menoleh kearah yang aku tunjuk dan dia tampak tidak
terkejut sekalipun. Yah, dalam urusan mempermalukan diri sendiri memang aku
jagonya.
Tapi kali ini bukan gurauan kacang sekalipun. Aku benar
benar akan melakukan itu. Sekaligus melepas kepenatan hari ini.
“ya sudah lakukan” kata nanad sambil setengah tertawa ketika
kami hampir sampai di dekat gedung utama.
Aku segera menggeleng “tidak disini, sedikit lebih ke depan”
Meskipun aku siap berbuat gila aku masih sedikit berpikir
untuk memperkecil kemungkinan orang melihat ke-idiotanku.
Asalkan conor tak melihatnya aku mau mau saja melakukannya.
:D
Aku menoleh sedikit kebelakang. Eh? Aku tak salah liat.
Meskipun aku hanya memfokuskan diriku pada conor tapi aku cukup hafal teman
teman yang berada di sekelilingnya. Termasuk yang ada di belakangku saat ini. Bukankah
dia Eron?
Aku agak ragu. Dan akhirnya memutuskan untuk menanti si
Eron berjalan melewatiku. Tak lucu jika aku berbuat konyol dan pada akhirnya
conor tau karena penonton yang tidak diinginkan (temannya) memberitahunya.
“tunggu apa lagi?” yaya mendesak.
“kau gila apa? Itu temannya!” aku mendesis dan segera
bernafas lega saat melihat eron sudah jauh di depanku.
Aku menghirup nafas panjang. Ini aksi tergila yang akan ku
kenang selamanya. Setelah melihat sekeliling. Bagus, sepi. Pada sibuk ujian
masalahnya. Aku mulai beraksi
1
2
3
“CONOR!!!”
“ERON!!!”
Suaraku yang cempreng seperti anak umur 5 tahun menyeruak bersamaan
dengan suara bass-ringan rupawan. Menyuarakan teriakan berbeda. Hei apa suaraku
mengalami perubahan? Ada ap—
Aku segera menoleh kebelakang
Astaga! Lenyapkan aku Tuhan!!!
Sejak kapan conor ada dibelakangku?!

lanjutin Lu...
BalasHapusngakak baca bagian gifa yg abnormal t...
hahaha, insyaallah nad :)
Hapuslagi coba bikin feel lucu buat part selanjutnya, jadi mungkin agak lama :(